Rencananya, sebesar 88,89 persen dana hasil IPO —setelah dikurangi biaya-biaya emisi— akan digunakan untuk membuat tambak udang, sedangkan sisanya untuk modal kerja.
Sementara itu, dana hasil pelaksanaan Waran Seri I akan dimanfaatkan untuk modal kerja.
Perlu diketahui, pada Tahun Buku 2022, UDNG masih menderita rugi bersih sebesar Rp16,53 juta atau berbanding terbalik dengan capaian di 2021 yang bisa membukukan laba bersih senilai Rp86,49 juta.
Kinerja negatif pada bottom line UDNG itu terutama dipengaruhi oleh penjualan di sepanjang 2022 yang hanya senilai Rp3,99 miliar atau anjlok 32,94 persen dibanding omzet Tahun Buku 2021 sebesar Rp5,95 miliar.
Per 31 Desember 2023, UDNG mencatatkan defisit mencapai Rp103,72 juta, namun per akhir April 2023 tercatat membukukan saldo laba Rp1,56 miliar.
Karena, selama empat bulan pertama tahun ini perseroan mencatatkan laba bersih Rp1,6 miliar atau membaik menjelang IPO.
Per akhir April 2022, UDNG masih menderita rugi bersih mencapai Rp965,95 juta.
Per 30 April 2023, jumlah liabilitas UDNG tercatat membengkak 38,69 persen menjadi Rp1,12 miliar dibanding per 31 Desember 2022 senilai Rp809,19 juta.
Sedangkan, total aset hingga akhir April 2022 hanya Rp15,19 miliar atau lebih tinggi dibanding per akhir Desember 2022 sebesar Rp7,21 miliar.
Komentari tentang post ini