JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mengakui masa keemasan dana murah dengan tingkat suku bunga yang rendah sulit untuk terulang lagi. “Ketika itu, pertumbuhan ekonomi kita berjalan dengan sangat baik, dan AS dan Eropa lagi krisis, apalagi neraca berjalan kita selalu surplus, “ kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (20/9)
Menurut Agus, saat ini kebijakan BI memang tidak lagi mempertahankan bunga bank rendah. Kondisinya sudah berbeda, termasuk soal cadangan devisa, neraca transaksi berjalan membedakan situasi pasar. Apalagi indonesia alami defisit neraca pembayaran yang besar selama 7 kuartal terakhir ini. “Kondisinya berbeda secara fundamental kita alami defisit neraca pembayaran yang mengindikasikan rendahnya aliran modal asing ke kita, saya rasa sudah sulit,” ungkapnya
Berbeda pada jaman Darmin Nasution, lanjut mantan Menteri Keuangan ini, aliran dana asing masuk seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang masih lebih tinggi ketimbang dengan kondisi sekarang.
Apalagi pada saat itu, kondisi makro ekonomi di negara asalnya, (Eropa & AS) sedang terpuruk tajam sehingga mau tak mau dana tersebut menumpuk di negara yang pertumbuhannya cukup tinggi seperti di indonesia. “Sekarang pertumbuhan ekonomi kita tidak sebaik kondisi lalu, dengan basic neraca berjalan yang defisit,” tegasnya