JAKARTA-Pemerintah diminta mencari solusi yang lebih tepat ketimbang menaikkan harga BBM. Karena itu, jebolnya kuota BBM bersubsidi bukan karena konsumsi masyarakat. Namun banyaknya kebocoran dan penyelundupan. “Yang menyebabkan kuota jebol itu bukan hanya serapan di masyarakat, tapi juga karena adanya kebocoran di sana-sini,” kata Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Mustolihin Madjid, di Jakarta,Kams,(30/5).
Menurut Mustolihin, selama ini pemerintah hanya bisa mengambil kebijakan dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Padahal masalah kebocoran dan penyelundupan ini tak pernah tuntas. Hal itu untuk menghindari keputusan menaikkan harga BBM sebagai kebiasaan, setelah penggunaannya dinilai melebihi kuota. “Kalau memang sekarang BBM mau naik silakan. Tapi juga harus dipikirkan bagaimana keputusan tersebut tidak menjadi kebiasaan,” ujarnya
Lebih jauh kata Mustolihin, dampak kenaikan harga BBM secara langsung dan tak langsung pasti akan mengenai kalangan usahawan semua kelas. Mengingat keputusan tersebut dapat dipastikan mempengaruhi harga sejumlah kebutuhan. “Harus juga dihitung ulang dengan tepat, berapa produksi minyak kita dan berapa kebutuhannya,” tukasnya.
Komentari tentang post ini