JAKARTA-Jalan layang tol memiliki layaknya manusia, memiliki usai. Tak terkecuali tol Cawang-Tanjung Priok yang dibangun awal 1990-an. Namun sayangnya, hingga kini belum pernah dilakukan review terhadap jalan tersebut. “Beban jalan tol itu terberat di dunia. Kalau tidak segera dilakukan review, sesuatu akan terjadi dan itu sangat mengerikan,” kata Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), Profesor Drajat Hoedayanto dalam diskusi “RUU Jasa Kontsruksi”, di Jakarta, Selasa (24/9).
Menurut Dosen ITB ini, pembangunan jalan tol tersebut dikerjakan bersama dengan kontraktor Jepang. Padahal Jalan tol itu menggunakan teknologi yang sama saat Jepang membangun tol di Kobe Jepang.
Lebih jauh kata Drajat, ketika Jepang dihantam gempa, maka jalan layang tol itu ambruk. ”Dengan situasi bebas yang seperti saat ini, maka sangat mungkin ada perubahan kondisi yang memaksa jalan tol tersebut digunakan melebihi kemampuannya. Ini berbahaya,” tambahnya.
Dirinya khawatir kondisi sekarang bisa membuat jalan tol tersebut patah tanpa harus disebabkan oleh gempa. “Jika tol ini roboh maka dirinya memperkirakan, di luar potensi kerugian korban manusia, kemungkinan kerugian ekonomi berkisar pada 150 triliun rupiah dan butuh waktu perbaikan pisik minimal 2 tahun,” terangnya.
Komentari tentang post ini