Drajat menekankan sepanjang review terhadap jalan tol Cawang-Priok belum dilakukan. Maka urusan keselamatan tidak bisa diperkirakan. “Kita tidak bisa memperhitunkan hal itu kalau tidak direview,” sarannya.
Malah, Drajat mencemaskan jika tidak segera dilakukan review,sekalipun dan tidak ada gempa, bukan tidak mungkin konstruksi jalan tol Cawang-Priok itu patah dengan sendirinya. Karena bebannya yang tidak ideal lagi saat ini. “Apalagi jalan laying tol Pluit yang lebih tinggi lagi. Ini masalahnya lebih serius lagi,” imbuhnya.
Sebelumnya, guna mengurangi dampak kemacetan di dalam kota, truk-truk besar dilarang masuk ke jalur tol dalam kota. Akibatnya, jalur tol ruas Cawang-Tanjung Priok dipenuhi truk yang berasal dari Bekasi dan Jagorawi. “Sejak truk harus melewati jalan tol kami itu, biaya pemeliharaan langsung melonjak hingga 300 % dari sebelumnya,” kata Direktur Palayanan dan Pemeliharaan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, Bagus Medi Suarso,
Sebelum 2009, lanjut Medi, dana perawatan untuk ruas tol sepanjang 30 kilometer ini hanya berkisar Rp30 miliar. Namun, untuk tahun ini anggaran perawatan sudah mencapai Rp100 miliar. Lonjakan yang tinggi ini disebabkan banyak kendaraan berat melintasi jalan tol yang sudah 26 tahun berdiri tersebut. Aturan mengenai Muatan Sumbu Terberat (MST) yang seharusnya hanya 8-10 ton tidak diindahkan oleh para pengemudi truk, mereka cenderung membiarkan truknya berlebihan muatan (overloaded).
Komentari tentang post ini