Pengembangan usaha oleh Pancur Kasih, sebut Teten, selaras dengan pengembangan koperasi oleh KemenkopUKM secara nasional.
KSP diminta tak hanya membiayai sektor pedagangan, tapi juga sektor produktif seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Di sektor-sektor tersebut perbankan tak mau masuk karena dinilai terlalu berisiko.
“Lalu siapa yang bantu? Koperasi, diharapkan memperkuat ekonomi rakyat di sektor pangan produktif, dengan memberikan akses pembiayaan yang mudah dan murah,” tegasnya.
Jika itu semua dikelola dengan baik, usaha mikro mampu menjadi pemasok bahkan eksportir produk holtikultura maupun buah tropis.
Teten mencontohkan seperti Norwegia yang saat ini pendapatan negaranya banyak disokong dari budidaya ikan salmon.
“Sekarang ini seluruh dunia sedang mencari keunggulan domestiknya apa seperti di Norwegia. Bukan lagi mencari investor untuk bangun pabrik,” imbuh Teten.
Tak hanya membuka akses pembiayaan ke sektor produktif, KemenkopUKM juga mendorong digitalisasi koperasi.
Sebab katanya, ekonomi digital Indonesia diramal akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Potensi pada 2025 ditaksir mencapai Rp1.748 triiun (124 miliar dolar AS).
Komentari tentang post ini