KENDARI – Tingkat partisipasi pemilih Indonesia pada saat Pemilu 2024 terbilang tinggi di atas 80 persen.
Anggota Komisi II DPR RI Fauzan Khalid mengatakan angka partispasi itu tak perlu dibanggakan.
Sebab, angka partisipasi tersebut bisa saja direkayasa.
Sehingga, tingginya angka partisipasi pemilih di Pemilu tidak mencerminkan angka sebenarnya.
“Boleh jadi itu pemilih fiktif yang ikut dicoblos, boleh jadi. Karena di negara manapun saya kira negara yang benar-benar demokrasinya berkualitas itu partisipasinya 70 persen ke bawah,” katanya.
Dia juga menyoroti besarnya anggaran penyelenggaraan pilkada serentak di Provinsi Sultra sebesar Rp1,3 Triliun dengan jumlah DPT sebanyak 1.800 orang.
“Tapi, dari informasi yang kita peroleh geografi Sultra ini sulit karena 70 persen kepulauan itu yang mungkin menjadi rasional hingga biayanya tinggi. Maka ini tantangan untuk penyelenggara pilkada di Sultra, mudah-mudahan kualitasnya lebih baik karena anggarannya relatif tinggi,” tutupnya.
Komentari tentang post ini