SURABAYA-Jaringan Arek Ksatria Airlangga (JAKA) Surabaya terus melakukan kampanye mengajak warga kota Surabaya untuk tidak terlena dengan tren-tren budaya asing yang diusung pasangan capres-cawapres peserta pemilu 2024.
Koordinator JAKA, Teguh Prihandoko kepada beritamoneter.com mengatakan joget ‘gemoy’ yang usung paslon peserta pemilu tidak sesuai dengan budaya bangsa dan telah merusak mental sebagian generasi muda.
“Di media sosial, joget gemoy sudah dimodifikasi sehingga kesannya seronok dan tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Sebagai anak muda, kami gabungan dari berbagai kampus menyerukan kepada masyarakat Indonesia untuk stop meniru budaya luar yang tidak sesuai dengan bangsa kita dan jangan pilih pemimpin yang merusak budaya bangsa,’’ tandas Teguh.
Menurut Teguh, masyarakat harus memilih pemimpin yang menjunjung tinggi budaya bangsa dan pasangan nomor 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang memenuhi kriteria tersebut.
“Jangan sampai hanya karena mengikuti tren kita sampai mempertaruhkan nasib dan masa depan bangsa,” tegasnya.
Selaras dengan Ganjar-Mahfud, JAKA beberapa hari belakangan ini melakukan aksi simpatik membagi-bagi mawar putih dan selebaran dukungan kepada Ganjar-Mahfud kepada warga kota Surabaya.
Mereka mengenakan pakaian adat daerah sebagai simbol perlawanan terhadap budaya luar dan kecintaan kepada budaya Indonesia.
Menanggapi aksi mahasiwa yang tergabung dalam JAKA Surabaya, Pengamat Politik UIN Sunan Ampel Surabaya Andri Arianto mengatakan kegiatan yang dilakukan kelompok relawan pendukung Capres-Cawapres Ganjar Pranowo-Moh Mahfud MD, ini sebagai wujud meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam demokrasi substansial sekaligus upaya merawat tradisi voluntaristik dalam politik.
“Relawan JAKA mentransformasi nilai-nilai politis yang bernuansa patrimonial dan oligarkis menjadi voluntarisme dan partisipatoris,” jelas Andri alumni dari Universitas Airlangga Surabaya ini.
Komentari tentang post ini