JAKARTA-Energi berbasis fosil dinilai memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap konflik geopolitik.
Hal ini memberikan tekanan terhadap ketersediaan energi di tengah pemulihan ekonomi pascapandemi bagi negara-negara G20.
Untuk itu, transisi energi diharapkan menjadi salah satu terobosan penting dalam menopang fondasi ketahanan energi.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji menekankan, pentingnya peran anggota G20 untuk fokus pada transisi energi yang harus dilakukan secara komprehensif dan hati-hati dalam berbagai tahapan dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan dan keberlanjutan.
“Ini krusial bagi anggota G20 untuk melakukan tindakan nyata dalam meningkatkan mekanisme mitigasi dan pasokan energi yang tangguh, termasuk di negara-negara berkembang yang sangat terpengaruh oleh kenaikan harga energi baru-baru ini,” jelas Tutuka pada G20 event series: Maintaining Energy Security During The Energy Transition di Jakarta, Rabu (20/4).
Rantai pasokan energi yang aman dan tangguh, sambung Tutuka, bagi semua sumber energi yang tersedia sangat penting dalam menjaga ketahanan energi di masa depan serta mencapai target Net Zero Emission (NZE).
Komentari tentang post ini