JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah pada triwulan II 2015 mengalamau pelemanahan sebesar 2,47% (qtq) ke level Rp13.131 per dollar AS. Depresiasi nilai tukar ini terutama dipengaruhi oleh sentimen eksternal.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan tekanan terhadap rupiah pada triwulan II, dipengaruhi antisipasi investor atas rencana kenaikkan suku bunga AS (FFR), dan Quantitative Easing ECB, serta dinamika negosiasi fiskal Yunani.
Sementara itu, dari sisi domestik, meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang dan dividen sesuai pola musiman pada triwulan II 2015. Namun, tekanan tersebut tertahan oleh sentimen positif terkait kenaikan outlook rating Indonesia oleh S&P dari stable menjadi positif dan meningkatnya surplus neraca perdagangan.
Perkembangan terakhir, lanjut Tirta, menunjukkan bahwa sejalan dengan reaksi pasar global terhadap keputusan Tiongkok yang melakukan depresiasi mata uang Yuan, hampir seluruh mata uang dunia, termasuk Rupiah, mengalami tekanan depresiasi. “ Rupiah mencatat pelemahan cukup dalam (overshoot) dan telah berada di bawah nilai fundamentalnya (undervalued),” jelas Tirta.
BI jelasnya a telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Komentari tentang post ini