JAKARTA-Pemerintah diminta tetap mewaspadai faktor geopolitik terkait strategi pengelolaan utang luar negeri (ULN). Apalagi total utang Indonesia hingga akhir Mei 2017 mencapai Rp3.672 triliun, naik secara signifikan menjadi Rp1.067,4 triliun.
Bagaimanapun juga krisis Korea Utara dengan Jepang dan Amerika Serikat perlu mendapat perhatian. “Yang perlu dijaga itu bagaimana mengantisipasi geopolitik internasional, sehingga imbasnya jangan sampai ke dalam negeri,” kata anggota Komisi XI DPR Tutik Kusuma Wardhani, SE, MM, MKes kepada wartawan di Komplek DPR, Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Lebih jauh Tutik mengibaratkan utang negara ini bak perusahaan yang mau memperbesar atau ekspansi usaha. Sehingga membutuhkan tambahan modal. Penambahan modal itu berarti utang dari perbankan. Namun begitu perhitungan utang yang demikian besar sudah dikaji Menteri Keuangan Sri Mulyani, karena Indonesia memiliki kemampuan untuk membayar.
Yang pasti, lanjut anggota Fraksi Partai Demokrat, dibanding dengan negara-negara lain, rasio utang Indonesia masih relatif lebih rendah. Rasio utang Malaysia saat ini mencapai 40% terhadap PDB, Thailand 50% terhadap PDB. Bahkan Jepang yang menembus 200 persen terhadap PDB.