*) Dr Ichsanuddin Noorsy
Mungkin kita masih ingat alasan AS menginvasi Irak pada 19 Maret 2003 setelah dua tahun sebelumnya menara kembar WTC pada 11 September 2001 luluh lantak. AS di bawah kepemimpinan George W Bush memiliki alasan bahwa Irak dalam kendali Saddam Husein mempunyai senjata kimia pemusnah massal (Weapon Mass Destruction). Walaupun senjata ini tidak ditemukan dan tidak terdapat bukti Irak mempunyai senjata kimia, toh Saddam Husein mati.
Irak menjadi porak poranda dan krisis Timur Tengah tidak pernah berhenti. Dua peristiwa di awal abad 21 ini membuktikan, perang sebagai kontak senjata militer hampir pasti melibatkan himpunan kekuatan suatu bangsa demi mencapai kepentingan ekonomi. Itulah yang sesungguhnya terjadi pada Perang Dunia I dan II. Berebut sumberdaya dan pengaruh ekonomi dunia dengan pendekatan militer yang kemudian membuat AS tampil sebagai kekuatan dunia.
Sadar akan kebangkitan negara-negara baru merdeka di kawasan Asia-Afrika pada pertengahan abad 20, strategi menghegemoni suatu negara diubah dari pendekatan militer ke pendekatan bisnis. Kata kuncinya adalah uang, dan demi menghegemoni negara lain, utang dan investasi asing adalah senjatanya. Maka hubungan bilateral negara dengan negara diikuti dengan pendekatan hubungan multilateral diatur sedemikian rupa, sekaligus diperkaya dengan hubungan korporasi ke negara (bussines to government) serta koprorasi dengan korporasi (bussines to bussines).
Komentari tentang post ini