Ganjar Pranowo telah berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag) untuk memastikan data guru keagamaan yang berhak menerima insentif valid dan tepat sasaran.
“Itulah apresiasi kecil yang bisa kami sampaikan dan akhirnya mereka memberikan pendidikan yang baik, mengajarkan ilmu-ilmu agama, termasuk mengajarkan karakter dan budi pekerti,” tutur ayah satu anak itu.
“Insya Allah, kalau ilmu agamanya bagus, budi pekertinya bagus kan hubungan sosialnya menjadi bagus. Maka, anak-anak ini jika bertemu dengan orang yang berbeda golongan, berbeda agama, dan berbeda suku, mereka akan merasa bersaudara sebagai warga negara Indonesia,” tegas Ganjar.
Program insentif bagi guru agama ini, mendapat apresiasi dari H Yasin Nawawi, Pengasuh Ponpes An Nur Ngrukem Bantul, Yogyakarta.
Menurutnya, bagaimana pun pesantren dan guru-guru ngaji di kampung adalah pejuang yang bakal menciptakan generasi hebat dengan akhlakul karimah, pengetahuan agama dan akhlak.
“Ini luar biasa, kalau nanti Pak Ganjar menjadi presiden bisa memperhatikan guru ngaji dan pengasuh Ponpes, itu luar biasa. Indonesia akan lebih makmur dan lebih hebat lagi. Nah, kita juga akan lebih gigih kita membina generasi penerus bangsa, generasi muda yang tahu ilmu agama yang tahu ilmu umum, inilah yg akan menjadi tokoh-tokoh luar biasa,” ujarnya.
Selain insentif, Ganjar juga menyoroti kebutuhan lain para guru agama, salah satunya adalah jaminan kesehatan.
Beberapa waktu lalu, ia menerima keluhan dari seorang kiai di Boyolali, Jawa Tengah yang sulit berobat karena Kartu Indonesia Sehat (KIS) terblokir.
Untuk mengatasi kemelut ini, Ganjar mengemukakan perlunya rencana antisipasi (backup plan).
Menurutnya, government super apps dapat mengatasi kejadian seperti ini.
“Itu saya kembangkan dari Laporgub sebenarnya. Laporgub itu fasilitas komplain yang kita berikan dalam bentuk channel-channel gitu ya. Ada aplikasinya, ada yang pake WA, SMS, telepon, jadikan satu, kemudian kita bisa merespon dengan cepat,” ungkapnya.
Komentari tentang post ini