Soal lobi pastilah Melki yang terhebat dari antara calon kepada daerah yang maju di NTT. Didukung oleh koalisi besar dan sejalan dengan kepemimpinan di pusat, Melki lebih bisa menghadirkan pemerintah(-an) pusat ke daerah (baca: APBN, non-APBN dan Swasta).
Saya beberapa kali menjadi saksi tentang jagonya Melki melobi para pembesar bangsa ini.
Di antara kalangan para politisi sangat senior, Melki memang dikenal sebagai anak muda yang punya prospek sosial-politik yang bagus. Melki bisa menelpon dan ngobrol dengan Sultan Jogja.
Melki bisa dengan luwes mempertemukan Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Surya Paloh, dan lain-lain.
Kita tentu bisa menduga-duga, kemampuan komunikasi politik Melki hingga pada taraf ini pastilah didasari dengan sikapnya yang luwes dan bisa masuk ke kalangan manapun.
Kita ingat pernyataan keras Melki pada closing statement debat ketiga: “Mari kita jauhi isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan)”
Melki jauh dari kesan sukuis dan chauvinisme sempit. Pertemanannya yang luas, yang inklusif-pluralis telah memperkaya pribadinya.
Komentari tentang post ini