Saya memahami misi mereka yang dikemas dalam tajuk “Berjalan untuk Perdamaian”.

Mereka sadar bahwa berjalan bersama-sama butuh kedekatan, saling menopang dan saling bergandengan tangan.
Ada banyak bahaya dalam perjalanan yang bisa mengakibatkan kejatuhan dan rentetan akibat lainnya. Oleh karena itu, untuk selamat di jalan, orang harus saling bergandengan tangan.
Saya sangat menikmati gestikulasi khusus ini.
Belum pernah saya alami sepanjang dan seintensip itu. Kesan saya, beliau juga sangat menikmatinya.
Sering para Bhikku lain juga ikut bergandengan tangan sehingga terjadi rantai gandengan tangan selama perjalanan.
Betapa indahnya hidup ini! Sekalipun berbeda, kita masih bisa dan bahkan senang bergandengan tangan.
Tidak ada kaitan dengan perkara iman. Ini soal kemanusiaan belaka yang diterjemahkan dari iman masing-masing. Benar kata Paus Benediktus XVI dalam satu kesempatan:
Barangsiapa yang beriman, tidak pernah merasa sendirian. Dia selalu ingin mencari penganut agama lainnya.
Mengapa? Karena asal usul kita satu dan sama. Tujuan kita pun satu dan sama. Yakni kepada Dia yang telah menciptakan kita semua, walaupun cara dan jalan kita berbeda.
Di tengah berbagai macam konflik dan perpecahan di dunia ini, betapa indahnya mengalami moment seperti ini.
Bagi mereka yang berkendak baik dan berjuang untuk perdamaian lintas agama dan perdamaian global, kami hari ini ingin mengatakan: You don’t walk alone.
Anda tidak berjalan sendirin. We walk together, hand in hand, for peace and harmony.
Tidak ada yang lebih indah dan membahagiakan selain hidup dalam suasana rukun dan damai, saling memahami dan saling menghormati.