Pada akhir Februari, cadangan devisa berada di angka US$123,3 miliar atau meningkat dibanding posisi akhir Januari US$120,1 miliar.
Secara umum dalam jangka pendek aliran ini memiliki sisi positif dimana posisi cadanga devisa sudah lebih dari cukup untuk membayar utang luar negeri dan pembayaran impor.
“Tetapi risiko fluktuasi dan gunjangannya kedepan harus diwaspadai dan dimitigasi secara serius. Harus ada upaya untuk mendorong investasi masuk ke sektor riil atau perlu kebijakan agar dana asing terparkir lebih lama”, imbuhnya.
Ecky juga menilai bahwa derasnya hot money yang masuk karena situasi global pada saat ini masih lebih banyak menguntungkan bagi negara berkembang.
Hal ini didorong oleh berhentinya kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan meredanya ketegangan perang dagang China versus AS.
“Ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi dan ini bisa menjadi pemicu aliran keluar serentak. Kita juga mengkhawatirkan kalau derasnya hot money juga digunakan untuk menciptakan sentimen pasar dan menggiring opini hasil pemilu nanti. Ini harus benar-benar diwaspadai dampak gunjangannya ketika terjadi penarikan serentak keluar atau sudden reversal”, tandasnya.