JAKARTA-Gejolak ekonomi global diperkirakan akan terus menghantui perekonomian Indonesia.
Karena itu, pentingnya mewaspadai faktor eksternal terkait rencana penghentian quantitative easing III di Amerika Serikat (AS), yang diperkirakan terealisasikan pada akhir tahun 2014 atau selambat-lambatnya awal 2015.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), Firmanzah menilai, penghentian stimulus moneter non-konvensional itu akan disertai dengan peningkatan suku bunga acuan oleh The Fed untuk menyerap likuiditas di pasar.
Akibatnya, resiko pembalikan modal ke Amerika Serikat dari emerging-market akan terjadi.
“Tidak sedikit bank sentral di emerging-market yang bersiap-siap menaikkan suku bunga untuk mencegah derasnya modal keluar dari negara mereka,” paparnya di Jakarta, Senin (8/9).
Menurutnya, yang menjadi persoalan adalah ketika bank sentral menaikkan suku bunga sebagai antisipasi keluarnya arus modal maka biaya yang harus ditanggung oleh perekonomian adalah tertekannya pertumbuhan ekonomi.
Komentari tentang post ini