“Di sinilah akademisi dan intelektual yang setia pada gagasan pasti bersuara. Apalagi saat ini berkembang narasi untuk ‘membunuh demokrasi dengan dalih demokrasi’,” jelasnya.
Mengutip filsuf Italia Antonio Gramsci, ada dua jenis intelektual, yakni intelektual intelektual tradisional yang hidup di menara gading keilmuannya dan intelektual organik yang komit pada panggilan membela kepentingan masyarakat korban hegemoni dan dominasi penguasa serta kaum oligarki.
“Inilah saatnya para intelektual melebur bersama masyarakat warga menjaga nyala api demokrasi,” tegasnya.
Yanuar mengajak agar masyarakat berani menjaga dan memastikan pemilu ini berjalan dengan benar. Apalagi, selama 10 hari ke depan adalah hari-hari kampanye terakhir, habis-habisan rebutan suara, lalu pada hari H kita harus memastikan apa yang terjadi di bilik suara.
“Saya meminta semua partai dan masyarakat sipil, mengawal proses pemilu yang jurdil. Kalau ada kecurangan, laporkan. Inilah saatnya masyarakat sipil karena kita berada dalam keadaan darurat demokrasi,” serunya.
Komentari tentang post ini