JAKARTA-Defisit transaksi berjalan yang masih cukup besar hingga akhir 2012 bisa membuat Bank Indonesia (BI) mengambil langkah pengetatan moneter pada 2013.
“Apalagi pertumbuhan kredit sudah mencapai 25%. Sehingga cost of fund (biaya dana) juga makin berat,” kata Kepala riset UBS Investment Research, Joshua Tanja di Jakarta,31/10.
Selain itu, kata Joshua, eksposur kredit dalam dolar Amerika Serikat (AS) masih besar. Hal inilah yang juga bisa memaksa akan adanya pengetatan moneter di tahun depan.
“Jadi ada kemungkinan profitabilitas perbankan tahun depan tidak sebagus tahun ini,” ujarnya.
Menurut Joshua, dalam kurun tiga tahun terakhir pertumbuhan kredit sudah tumbuh mencapai 25%.
“Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio pinjaman terhadap simpanan tahun ini mencapai 85 % dan itu tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Akibatnya cost of fund (biaya dana) semakin naik, margin makin tipis,” tambahnya.
Oleh karena itu, dia menilai bank sentral akan melakukan pengetatan moneter tahun depan. Di memprediksi, masa-masa yang cukup baik bagi pertumbuhan kredit selama tiga tahun terakhir kemungkinan akan berakhir tahun depan.