Puluhan wastafel portabel berjajar di Jalan Margasatwa, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, tepat di depan sebuah bengkel las Kurnia Jaya.
Beberapa pegawai terlihat sibuk, ada yang mengelas, mengamplas, mengecat, atau menempelkan sticker pada toren air berkapasitas 300 liter.
Toren ini yang menjadi tempat penampung air pada wastafel portable, di pinggir jalan tersebut.
Di antara mereka tampak Yaya Nurcahya (40 tahun), pemilik bengkel las Kurnia Jaya. Pada masa awal pandemik Covid-19 di Tanah Air, bengkel las ini nyaris gulung tikar.
“Waktu itu usaha sepi. Kalaupun ada, satu dua order saja untuk las yang sifatnya perbaikan,” ujar Yaya, pria asal Ciamis.
Usaha las yang dikerjakannya biasa mengerjakan pengelasan teralis, pagar canopi dan lain-lain.
Pertengahan Maret lalu, empat orang karyawan sempat dimintanya untuk ‘pulang kampung’.
Namun mereka memilih tetap tinggal di bengkel.
“Ke kampung juga bingung, mau ngapain nggak ada kerjaan. Saya bilang ke Pak Yaya, supaya tetap disini aja. Walau tidak digaji, yang penting bisa numpang tidur dan makan” kata Marulloh (60 tahun), salah satu pegawai Yaya, yang biasa disapa Toni.