JAKARTA-DPR mengingatkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk melakukan antisipasi guna menghadapi pelemahan rupiah akibat dinamika tren pasar global yang signifikan mengalami perubahan tajam.
Sebab itu, perlu adanya penyesuaian terhadap kebijakan fiskal dan moneter.
“Pelemahan rupiah ini sangat berat karena ini bukan faktor domestik. Kondisi yang terjadi terhadap (pelemahan) rupiah adalah faktor global. Saya kira memang karena adanya konflik, negara-negara merger market ini kehilangan dana atau terjadi outflow ke Amerika, jadi Amerika meningkatkan suku bunga,” kata Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Amir Uskara, Selasa (7/11/2023).
Berdasarkan informasi yang diterima, tren penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terindikasi pudar pada awal November.
Secara mendadak, rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS hingga mendekati level Rp16.000.
Di sisi lain, The Fed memutuskan menahan suku bunga di level 5,25-5,50 persen pada pada pertemuan September lalu. Namun, bank sentral AS tetap memberi sinyal untuk menaikan kembali pada tahun ini.
Komentari tentang post ini