JAKARTA – Direktur Kolaborasi Internasional Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Imaduddin Abdullah, mengatakan potensi bahaya retaliasi dari negara-negara yang terkena dampak dari kebijakan pemberiaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD terutama dari China.
“Pemberian BMAD dapat memicu tindakan balasan (retaliasi) dari negara-negara eksportir yang terkena dampaknya, termasuk China, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Tindakan balasan ini bisa berupa pengenaan tarif atau hambatan perdagangan lainnya terhadap produk-produk Indonesia yang masuk ke pasar mereka,” jelas Imaduddin.
Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat selama ini Indonesia dan China memiliki hubungan perdagangan yang kuat yang pada 2023, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 64,94 miliar, atau 23% dari total ekspor.
Angka ini mencerminkan ketergantungan yang signifikan terhadap pasar China.
Oleh karena itu, retaliasi dari China dapat berdampak serius pada industri yang bergantung pada ekspor ke negara tersebut. Imaduddin juga menambahkan bahwa pengenaan BMAD yang tidak tepat sasaran dapat memunculkan praktik yang tidak sehat di dalam negeri.
Komentari tentang post ini