“Ada faktor rugi kurs sekitar US$ 44 juta dan kerugian di perusahaan asosiasi sekitar US$ 36 juta karena asosiasi ada perusahaan anak, mereka kontribut ke kami 30% harus dicatatkan di induk. Sedangkan utang karena utangnya di dalam rupiah, kalau KS balance-nya dari US$. Kalau dari rupiah maka kalau US nya akan naik, utangnya KS itu mix antara US$ dan rupiah,” kata Tambok.
Sementara itu, perseroan berhasil memperbesar market share-nya di sembilan bulan pertama 2016 seiring dengan peningkatan permintaaan konsumsi baja domestik. Perseroan mencatatkan volume penjualan pada September 2016 naik 22,25% (Yoy) menjadi 1,68 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,37 juta ton.
Walaupun harga jual produk baja sedang turun, tetapi terjadi kenaikan permintaan produk baja. Kenaikan produk baja KS tersebut antara lain HRC tumbuh 40,76% menjadi 891 ribu ton, CRC tumbuh 6,49% menjadi 409 ribu ton dan produk pipa baja tumbuh 61,38% menjadi 60,3 ribu ton.
Sukandar mengatakan, tingginya pertumbuhan volume penjualan karena meningkatnya konsumsi baja sebagai dampak dari proyek infrastruktur yang digenjot pemerintah dan upaya pemerintah melindungi baja lokal. Seperti pada Oktober ini telah menandatangani kontrak untuk mengirimkan baja profil (besi siku) untuk proyek transmisi listrik PLN 46.000 KMS.