Dalam tradisi pendidikan di Harvard University, dijelaskan lebih lanjut, kejujuran akademis (academic honesty) adalah harga mati. Setiap mahasiswa harus mengikuti sesi khusus penjelasan tentang kejujuran akademis termasuk di dalamnya soal plagiatisme. Konsekuensi dari tindak plagiatisme atau pelanggaran atas academic honesty sangat berat. Jika terbukti melakukan plagiatisme, misalnya, mahasiswa atau alumnus dapat dikeluarkan dari perguran tinggi atau ijazahnya tidak diakui. Oleh karena itu, harga diri sebuah perguruan tinggi itu dijaga oleh para mahasiswa dan alumnusnya.
Sementara di University Texas, martabat perguruan tinggi dibangun melalui tradisi collegiate terutama di bidang sport yang sangat kuat. Upaya ini untuk menumbukan kebangaan dan ikatan yang kuat di antara para mahasiswa dan setelah menjadi alumnus. “Saya kira penggunaan gosht writer itu sah- sah saja sejauh bisa dipastikan tulisan dan ide itu adalah asli dan bukan melakukan plagiat. Hanya saja, kesalahan awal yang terjadi adalah ketika para mahasiswa yang pejabat itu tidak meneliti tulisan yang dibuat ghost writer tersebut. Padahal, untuk saat ini ada teknologi canggih yang bisa mengtrace apakah hasil karya tersebut hasil tindak plagiat atau tidak. Kasus yang menimpa Anggito Abimayu saya kira bukan masalah ghost writer, tetapi kesalahannya terletak pada anggapan orang lain tidak tahu adanya tulisan sebelumnya. Itu khan urusan copy & paste, saja,” ujar anggota Kadin Indonesia itu.