Akibatnya, investor berhati-hati dan cenderung mengalihkan portofolionya ke mata uang yang kuat sehingga berdampak pada pelemahan rupiah.
Kondisi Eropa juga kurang kondusif bagi penguatan rupiah.
Dinamika politik yang terjadi dibeberapa negara Eropa juga menjadi penyumbang pelemahan rupiah, terutama menyangkut kebijakan politik anggaran.
“Jadi, kombinasi eksternal dan internal terus membayangi pergerakan rupiah,” jelas dia.
Menurut dia, pelaku pasar masih bersikap wait and see. Data-data ekonomi global belum membaik.
“Dan kemungkinan, ada beberapa dari AS yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah,” urai dia.
Namun demikian, tekanan terhadap rupiah tidak terlalu dalam karena Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi dipasar uang.
“BI standby di pasar valas untuk menjaga nilai tukar rupiah,” pungkas dia.