Sedangkan, untuk lini bisnis jasa pertambangan memberikan kontribusi sebesar 16 persen atau meningkat dari setahun sebelumnya yang hanya 1 persen.
“Pendapatan dari lini jasa tambang tersebut berasal dari progres proyek Hauling Road Upgrading Weda Bay Nickel, Hauling Services Weda Bay Nickel, serta Pekerjaan Jasa Tambang Nikel Morowali,” ujar Rully.
PPRE juga membukukan bagian laba joint venture proyek pembangunan Bandara Dhoho, Kediri.
Pada proyek ini, PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA) sebagai anak usaha PPRE menjadi kontraktor utama sekaligus lead of consortium sebesar Rp79,7 miliar atau meningkat 55,1 persen dari sebelumnya Rp51,4 miliar.
Pada 2021, EBITDA PPRE meningkat menjadi Rp936,9 miliar dari Rp907,4 miliar pada 2020.
Operating cash flow juga mengalami peningkatan, dengan dibukukannya cash flow operasi positif sebesar Rp248,9 miliar atau meningkat dari Rp240,5 miliar pada 2020.
Per 31 Desember 2021, total debt PPRE tercatat meningkat 10,2 persen (y-o-y) menjadi Rp2,2 triliun. Sedangkan, total ekuitas hingga akhir Desember 2021 tercatat meningkat 13,1 persen (y-o-y) menjadi Rp2,98 triliun.