JAKARTA-Partai Golkar melihat fundamental demokrasi Indonesia dalam ujian yang serius. Dinamika politik mutakhir terjadi karena sikap saling menghargai dan menghormati tergerus oleh ego dan kepentingan jangka pendek. Untuk itu, transisi demokrasi tidak boleh berhenti pada hal-hal yang bersifat prosedural, tetapi harus membawa perubahan nilai, pola pikir, dan perilaku. “Kita harus mampu membangun demokrasi yang berkeadaban, yaitu demokrasi yang membawa kebaikan dan keluhuran. Bukan demokrasi yang membawa benih-benih perpecahan bagi keutuhan bangsa,” kata Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (29/12/2016).
Menurut Novanto, fundamental demokrasi Indonesia tidak akan tumbuh kuat tanpa penegakan hukum dan pemahaman terhadap filosofi kehidupan berbangsa untuk saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan antar komponen bangsa. Nilai-nilai tersebut menjadi kunci dalam menjaga semangat keindonesiaan yang plural.
“Kedewasaan berpolitik juga mesti menjadi penuntun. Kita tidak boleh terjebak dalam hiruk pikuk politik media sosial yang terkadang penuh dengan ujaran kebencian dan berbagai berita hoax. Perbedaan dan sikap politik tak boleh membelah anak bangsa pada perpecahan, perbedaan harus menjadi kekuatan dalam memantapkan kebhinekaan dan kemajemukan,” tekannya.