JAKARTA-PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) merencanakan untuk merestrukturisasi fasilitas utang existing melalui pembiayaan kembali dalam mata uang rupiah dalam upayanya menurunkan risiko nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Rencana deleveraging utang tersebut dilaporkan manajemen VIVA pada materi Paparan Publik Tahunan seperti dikutip di Jakarta, Rabu (30/12).
Sebagaimana diketahui, hari ini VIVA dan PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) menggelar acara Public Expose Tahunan yang dilakukan secara virtual.
Manajemen VIVA menyampaikan, perseroan juga berencana untuk mendapatkan tambahan fasilitas kredit modal kerja.
“Fasilitas utang dari bank lokal memiliki tenor pinjaman yang lebih panjang, serta bunga yang lebih kompetitif,” demikian disebutkan dalam keterangan resmi VIVA.
VIVA memiliki dua stasiun televisi free-to-air (TV FTA), yakni tvOne (PT Lativi Mediakarya) dan ANTV (PT Cakrawala Andalas Televisi) yang sebesar 99 persen sahamnya dimiliki oleh MDIA. Selain itu, VIVA memiliki portal berita online, viva.co.id yang dikelola PT Viva Media Baru.
VIVA meyakini, hingga sekarang TV FTA di Indonesia tetap menjadi platform utama untuk beriklan.
Hal ini tercermin dari nilai belanja iklan bersih secara nasional per akhir 2019 tercatat mencapai USD1,32 miliar dan diproyeksikan pada 2024 masih akan mampu bertahan sebesar USD1,29 miliar di tengah peningkatan belanja iklan melalui media internet.
Sejauh ini, stasiun TV FTA VIVA terbukti sukses dalam membidik pangsa pemirsa yang berbeda, tercermin dari segmen pasar tvOne yang didominasi pemirsa pria dengan rentang usia 35-55 tahun ke atas.
Sedangkan, ANTV lebih dominan disaksikan oleh kalangan wanita yang memiliki rentang usia 45-55 tahun ke atas.
Manajemen VIVA optimistis bahwa recovery pertumbuhan ekonomi pasca penemuan vaksin Covid-19 akan berlanjut hingga tahun mendatang, sehingga belanja iklan bisa kembali bertumbuh.
Laporan terakhir dari Media Partners Asia (MPA) juga memprediksi bahwa pertumbuhan belanja iklan di 2021 pada TV FTA platform akan meningkat 7,5 persen (y-o-y) menjadi USD1,2 miliar diikuti dengan pertumbuhan belanja iklan di sektor digital sebesar 31,1 persen (y-o-y) menjadi USD700 juta.
Komentari tentang post ini