Oleh: Pangi Syarwi Chaniago
INILAH sebabnya mengapa founding father republik merancang bahwa calon presiden dan wakil presiden harus memiliki usia minimal 40 tahun.
Saya yakin bahwa keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang spontan dan tidak punya alasan yang kuat, melainkan hasil dari refleksi yang panjang dan matang.
Debat pamungkas cawapres tadi malam semakin menguatkan argumentasi bahwa kematangan dan kedewasaan itu penting.
Sikap kekanak-kanakan, tidak bijaksana, suka merendahkan dan mempermalukan orang lain, bicara di luar konteks dan cenderung tidak nyambung serta penampilan penuh gimmick dan gestur yang cenderung mengejek menjadi tontonan paling memalukan sepanjang sejarah debat capres-cawapres di negeri ini.
Pada debat terakhir wakil presiden dengan tema “Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa”, Cawapres Gibran Rakabuming Raka tampil agresif dengan menyerang dan merendahkan karakter pribadi calon wakil presiden lainnya.
Bahkan anak haram konstitusi ini cenderung mengabaikan substansi dari tema yang diperdebatkan.
Padahal Presiden Jokowi pernah menyoroti kurangnya substansi dan visi dalam debat pemilihan presiden 2024 serta mencela adanya serangan personal.
Jokowi menyatakan bahwa debat perlu diatur dengan lebih baik agar memberikan pendidikan dan edukasi kepada masyarakat.
Namun ironisnya, kritikan tajam presiden ini justru dikangkangi oleh anaknya sendiri.
Ini adalah paradox yang sangat ironis.
Sepanjang debat, Gibran secara membabi buta menyerang, merendahkan dan mengolok-olok karakter personal kandidat lainnya.
Bahkan berkali-kali meremehkan KPU sebagai penyelenggara debat dengan tidak mematuhi aturan dan tata tertib debat yang berkali-kali diulang oleh moderator.
Penggunaan istilah ‘Greenflation’ yang dipertanyakan Gibran bukan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban melainkan hanya ingin mengolok-olok Mahfud MD sebagai seorang profesor.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan bahwa wakil presiden tersebut tidak cerdas atau tidak memiliki pemahaman dan wawasan yang luas.
Jika itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa si penanya punya pengetahuan dan wawasan yang luas, maka itu adalah kekeliruan dan justru sebaliknya si penanya sedang mempertontonkan kualitas rendahan.
Debat seharusnya fokus pada isi dan substansi daripada sekedar tebakan istilah atau singkatan asing yang cenderung merendahkan marwah debat capres-cawapres itu sendiri.
Komentari tentang post ini