Selanjutnya Hamli menjelaskan untuk menangkal gerakan radikal dan terorisme seperti ini butuh kerja sama semua pihak. Apalagi, menurut hasil penelitian UI kerja sama dengan Polri sebagian besar kelompok ini terjebak dalam pemahaman yang salah tentang agama.
“Jadi 45 persen responden salah paham tentang ajaran agamanya. 20 persen karena solidaritas komunal. Artinya kalau di satu tempat ada konflik dan ada yang meninggal maka semua ramai-ramai ingin membantu dan berangkat ke tempat konflik tersebut. Seperti kasus Rohinya, Poso, Palestina dll. Dan itu jadi factor pemicu. 19 persen karena momentality, ikut-ikutan. 10 persen karena balas dendam. Dan yang paling kecil, 1,9 persen adalah separatisme,” terangnya.
Jika merujuk pada hasil penelitian ini maka fungsi penerangan menjadi elemen penting dalam menangkal radikalismen dan terorisme ini. Misalnya penjelasan soal jihad. Dalam pemahaman yang sempit jihad artinya cuma perang.
“Itu saja. Justru ini yang salah. Perlu penjelasan dan pemahaman yang benar tentang jihad,”ujarnya.