Sebagai contoh, kata Menteri Teten, produk perkebunan dan pertanian kerap mengalami fluktuasi harga saat panen raya sehingga petani merugi.
Kemudian banyaknya tengkulak yang memainkan harga sesuka hati.
Di sisi lain produk pertanian dan perkebunan cukup sulit mempertahankan kualitas dan kuantitas atas hasil produksinya.
Hal ini terjadi karena mayoritas petani hanya memiliki lahan garapan yang sempit sehingga semua itu perlu diagregasi dan disatukan dalam wadah koperasi (holding koperasi).
“Oleh karena itu petani perlu diagregasi supaya punya skala ekonomi sehingga proses penanaman efisien kemudian produktivitas bisa dinaikkan. Maka dengan model korporatisasi petani melalui koperasi menjadi solusi koperasi agar organisasinya kuat,” kata Menteri Teten.
Diakui Menteri Teten bahwa saat ini biji kakao sebagai bahan utama cokelat sedang menghadapi tantangan serius akibat penurunan pasokan dari Afrika.
Kekurangan pasokan biji kakao dunia ini mendorong kenaikan harga biji cokelat global.
Di sisi lain, industri fine flavour cocoa sedang berkembang di Indonesia dan dunia, dengan mayoritas pelaku industri adalah UMKM.