JAKARTA-PT Kimia Farma Tbk (KAEF) selama sembilan bulan pertama tahun ini, kembali mencatatkan kinerja bottom line yang negatif, yakni menderita rugi bersih sebesar Rp177,36 miliar atau lebih rendah 1,98 persen dibanding rugi bersih pada periode yang sama di 2022 mencapai Rp180,94 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Rabu (1/11), penjualan KAEF untuk periode Januari-September 2023 sebesar Rp7,72 triliun atau meningkat 8,27 persen dibanding periode yang sama di 2022 senilai Rp7,13 triliun.
Seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan pada Kuartal III-2023 tercatat meningkat 6,29 persen (y-o-y) menjadi Rp4,9 triliun.
Sehingga, laba bruto KAEF di Kuartal III-2023 menjadi Rp2,82 triliun atau bertumbuh 11,9 persen (y-o-y).
Sementara itu, laba usaha selama sembilan bulan pertama tahun ini tercatat Rp240,58 miliar atau melonjak 76,37 persen (y-o-y), meskipun ada tekanan dari peningkatan beban usaha maupun rugi selisih kurs.
Beban keuangan KAEF pada Kuartal III-2023 membengkak 9,53 persen (y-o-y) menjadi Rp410,37 miliar.
Sedangkan penghasilan keuangan tercatat Rp20,16 miliar atau lebih tinggi dibanding pada Kuartal III-2022 yang senilai Rp9,39 miliar.
Dengan demikian, KAEF menderita rugi sebelum pajak untuk periode yang berakhir 30 September 2023 sebesar Rp149,63 miliar atau lebih rendah 34,63 persen dibanding rugi sebelum pajak di periode yang sama 2022 sebesar Rp228,88 miliar.
Dengan adanya manfaat pajak (neto) di Kuartal III-2023 yang sebesar Rp19,36 miliar, maka rugi tahun berjalan KAEF menjadi Rp130,27 miliar atau menyusut 29,25 persen (y-o-y).
Sedangkan, besaran rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di Kuartal III-2023 sebesar Rp177,36 miliar atau menurun tipis 1,98 persen dibanding rugi bersih pada Kuartal III-2022 sebesar Rp180,94 miliar.
Komentari tentang post ini