Kedua, kebijakan fiskal yang tepat sasaran. Dampak yang paling cepat dirasakan oleh Indonesia adalah, terganggunya ekspor dan impor nasional. Terganggunya perekonomian China, tentu akan berdampak terhadap permintaan terhadap barang komoditas yang menjadi andalan kita selama ini, seperti batu bara dan kelapa sawit.
Selain itu, juga akan berdampak terhadap ketersediaan barang impor, sehingga akan berpengaruh terhadap industri yang bahan baku atau barang modalnya berasal dari China.
Oleh Sebab itu, dalam jangka pendek, APBN harus mampu menstimulus permintaan domestik melalui kebijakan fiskal yang tepat sasaran.
Saya akan terus mendorong, agar belanja pemerintah mampu meningkatkan daya beli masyarakat, melalui konsumsi rumah tangga sesegera mungkin. Seperti beberapa program, diantaranya, Program Keluarga Harapan (PKH),Padat Karya Tunai, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Ketiga, Kebijakan moneter yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi saat ini. Mengingat, efek penyebaran Convid-19, telah membuat rupiah terdepresiasi pada kisaran Rp 14.200 per USD. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada akhir 2019 masih di atas level 6.000, sekarang turun ke kisaran 5.200.