JAKARTA-Pemahaman masyarakat Indonesia tentang literasi keuangan (financial literacy) ternyata masih kurang. Berdasarkan survey Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lebih dari 75% masyarakat Indoneia memiliki pemahaman yang kurang tentang keuangan. “Ini merupakan fakta yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kita. Pekerjaan rumah yang tidak ringan bagi kita semua,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad saat. meluncurkan buku Seri Literasi Keuangan tingkat Perguruan Tinggi di Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang, Selasa (23/8).
Padahal kata Muliaman, financial literacy saat penting bagi pertumbuhan maupun stabilitas ekonomi suatu negara. Hasil research dari ADB Institute menyebutkan hubungan yang positif antara income percapita dengan financial development. Dibeberapa negara Asia seperti, Jepang, Korea, Australia dan New Zaeland terlihat bahwa dengan GDP Perkapita yang tinggi maka selalu diiringin dengan tingkat financial development yang tinggi juga.
Hal ini menegaskan Financial Literacy akan memiliki korelasi yang positif dengan economic development dan financial development.
Menurutnya, literasi keuangan menjadi perhatian di berbagai belahan dunia. Sebab, literasi keuangan yang memadai selain dipercaya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan juga dapat mencegah terjadinya miss seling produk-produk keuangan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya global financial crisis pada waktu itu.