MANILA-Pertumbuhan ekonomi dan kemajuan tidak selalu hal yang sama.
Itulah sebabnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meletakkan program pro-rakyat miskin atau pro-poor selalu berada di jantung transformasi ekonomi Indonesia.
“Dalam situasi global yang naik dan turun, saya percaya bahwa program-program pro-poor dan jaring pengaman sosial yang telah kami lakukan dalam dekade terakhir akan membuat perekonomian Indonesia jauh lebih tangguh dalam menghadapi ketidakpastian,” kata Presiden SBY pada bagian lain sambutannya pada pembukaan World Economic Forum on East Asia 2014, di Manila, Filipina, Kamis (22/5) sore.
Program-program untuk rakyat miskian itu, antara lain, dalam bentuk pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, bantuan operasional ekolah, paket beras miskin, bantuan langsung tunai, dan lain-lain.
Melalui program-program tersebut, Presiden berharap akan mengangkat kelompok miskin bukan hanya menuju kesetaraan bagi semua, bukan hanya terhadap kesempatan yang sama untuk semua, melainkan juga terhadap mobilitas untuk semua.
Indonesia selama 10 tahun terakhir telah menerapkan berbagai kebijakan untuk memastikan realisasi pertumbuhan dengan ekuitas.
Namun demikian, Indonesia menyadari masih terdapat tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan pembangunan bagi semua.
Oleh karena itu, Presiden SBY mendorong komunitas bisnis di kawasan untuk terus bermitra dengan Indonesia.
Tahun lalu, The Economists menyebut Indonesia, bersama Filipina, sebagai ‘bintang-bintang ekonomi Asia’. Bank Dunia baru-baru ini menempatkan Indonesia dalam 10 ekonomi terbesar di dunia dalam hal Purchasing Power Parity (PPP).