JAKARTA– Tingginya biaya dana di industri perbankan nasional berdampak pada penurunan laba di sejumlah bank papan menengah.
Akibat mahalnya cost of fund yang dibarengi dengan rendahnya pertumbuhan pendapatan bunga menjadi pemicu penurunan laba sejumlah bank.
Kondisi itu tercermin pada kinerja sejumlah bank papan menengah untuk periode sembilan bulan pertama di 2024.
Sebagai contoh, bank yang mampu bertengger di posisi sepuluh terbesar dari sisi aset, yakni BDMN yang mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 8,96 persen (year-on-year) menjadi Rp2,33 triliun.
Apabila mengacu pada pendapatan bunga, BDMN masih membukukan pertumbuhan sebesar 18,48 persen (y-o-y) hingga akhir Kuartal III-2024.
Namun demikian, beban bunga terpantau meningkat lebih tinggi, yakni 51,11 persen (y-o-y), sehingga pendapatan bunga bersih (NII) hanya bertumbuh sebesar 4,89 persen.
Hal serupa terjadi pada BNII yang berada di peringkat 14 besar dari segi aset.
Hingga akhir Kuartal III-2024, Maybank Indonesia mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 55,2 persen (y-o-y) menjadi Rp558 miliar.
Komentari tentang post ini