Hal ini juga tertuang dalam perjanjian jual beli saham bersyarat (CSPA) yang ditandatangani pada akhir 2024.
“Dengan bergabungnya Yonden, maka komposisi saham HGII menjadi 55 persen dimiliki para pendiri perseroan dan juga sebagai pengendali, sedangkan Yonden memiliki 25 persen dan publik 20 persen,” kata Robin.
Sekadar informasi, Yonden merupakan perusahaan tercatat di Tokyo Stock Exchange, dengan kode saham TYO:9507. Berdiri sejak 1951, Yonden memiliki bisnis inti sebagai penyedia listrik dan menjual listrik untuk wilayah Shikoku, Jepang. Portofolio pembangkit listrik Yonden sebesar 5.332 MW yang bersumber dari hidro, termal, nuklir dan surya.
Lebih lanjut Robin mengatakan, dengan adanya dukungan teknis dan pengalaman Yonden dalam konstruksi, operasi maupun pemeliharaan pembangkit listrik, maka hal ini akan memperkuat kemampuan HGII dalam memastikan kinerja pembangkit listrik yang stabil dan efisien.
“Kami optimistis dengan pertumbuhan konsumsi listrik Indonesia 5,4 per tahun, target bauran energi bersih sebesar 31 di tahun 2050. Potensi EBT di Indonesia yang melimpah dan beragam, kontrak jangka panjang dengan pelanggan, kemitraan strategis dengan Yonden, maka HGII dapat mencapai target 100 MW pembangkit EBT pada 2031 dengan profitabilitas berkelanjutan,” tutur Robin.