Lebih lanjut Zahmilia mengungkapkan, pada 2020, perseroan mengalokasikan dana Program Kemitraan sebesar Rp1,9 miliar, yang salah satunya tersalurkan ke pengusaha sirup parijoto beromzet Rp150 juta per bulan di masa pandemi.
“Selama ini dana program kemitraan Phapros masuk kategori lancar. Artinya, mitra binaan yang mendapatkan dana ini mampu mengembangkan bisnis dengan tetap memenuhi kewajiban pembayaran cicilan tepat waktu. Kami juga menyalurkan dana Bina Lingkungan senilai Rp1,6 miliar,” tutur Zahmilia.
Dia menambahkan, salah satu pengusaha UMKM yang berhasil melalui fase krisis saat pandemi Covid-19 adalah Triyanto, seorang warga Kudus yang juga merupakan mitra binaan Phapros.
“Bapak Triyanto merupakan pengusaha sirup parijoto atau medinilla speciosa mitra binaan Phapros. Buah Parijoto ini merupakan olahan tanaman endemik di Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah,” tegasnya.
Sementara itu, Triyanto menjelaskan pengelolaan buah parijoto ini mulai dilakoninya sejak 2015.
“Awalnya saya hanya memanfaatkan peluang yang ada. Di tempat saya tinggal, buah parijoto ini sangat banyak dan harganya bisa melonjak tinggi bila musim kemarau, sekitar Rp30 ribu-50 ribu per tangkai,” ucapnya.
Komentari tentang post ini