”Namun, sebagai salah satu pendiri ASEAN yang punya peran penting, Indonesia perlu berdiri di garda terdepan kawasan untuk menghentikan kekerasan militer pada warga sipil agar jumlah korban tidak terus bertambah,” kata Hargo.
Pemimpin ISKA merujuk pada kekerasan di Myanmar yang telah membawa korban 700 lebih nyawa lebih, termasuk perempuan dan anak-anak sejak kudeta militer pada Februari lalu.
Juga, penangkapan hampir 3000 warga sipil, aktivis pro demokrasi yang berdemonstrasi melawan junta militer.
Para pemantau lokal di Myanmar melaporkan sejumlah jurnalis dan kaum religius juga ditahan oleh junta militer.
Sekretaris Jenderal ISKA Joanes Joko menyampaikan, sebagai organisasi para sarjana Katolik yang memiliki spirit solidaritas tanpa sekat.
ISKA mengapresiasi langkah aktif pemerintah Indonesia menyokong rekonsiliasi di Myamar.
“Presiden Joko Widodo telah mendorong dialog dan rekonsiliasi untuk memulihkan demokrasi, perdamaian, dan stabilitas di Myanmar” ujar Joko.