Kurikulum pendidikan dapat memfasilitasi keperluan ini. Tetapi lebih dari sekedar ketersediaan kurikulum, pendidikan sendiri harus menjadikan daya kritis sebagai nafas akademisnya. Konservatisme dan favoritisme dalam kurikulum, harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan akademis dan pendidikan. Arogansi keilmuan juga dapat muncul dalam sikap feodal para pengajar.
Ruang kelas harus menjadi ruang pergulatan epistemik, agar pikiran alternatif tidak ditindas oleh sikap-sikap arogansi dan feodalisme para pengajar. Pendidikan harus memungkinkan berbagai perspektif kritis dipelajari dan diuji. Inilah tugas metodologis dalam pendidikan.
Pada akhirnya, pendidikan adalah pedagogi untuk memanusiakan manusia. Pendidikan bukan semata-mata perihal mengakumulasi pengetahuan dan memperluas pemahaman. Namun lebih dari semua itu, pendidikan bertujuan menjadikan kita seutuh-utuhnya manusia.
Penulis adalah Ketua Umum PROJO