Direktur ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menambahkan Pertamina membutuhkan sosok yang unik, tidak hanya pintar tapi juga mengerti.
Salah satu standar utama adalah kompetensi yang mumpuni dan harus bisa diterima dan berkomunikasi dengan banyak pihak.
“Paling tidak bisa berkomunikasi dengan Kementerian ESDM, BUMN, Keuangan dan yang lebih unik bisa komunikasi dengan DPR,” kata Komaidi.
Menurut Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiranto, pimpinan di hulu migas, termasuk di Pertamina, tidak hanya harus mengerti soal teknis, tapi juga kemampuan adaptif dalam suatu kasus. Tidak hanya mementingkan sektor saja, tapi harus melihat lebih luas lagi.
“Butuh sosok yang bisa melihat jangka panjang. Lebih makro akan lebih survive. Jadi harus mempunyai kemampuan prediksi ke depan,” katanya.
Menurut Julius, Pertamina memiliki banyak anak usahanya, yang sebagian pimpinannya akan memasuki masa pensiun.
Namun usia pensiun tidak berarti tidak produktif lagi.
“Kita harusnya trust pada next generation. Itu yang diperlukan ke depan. Yang masuk masa pensiun itu tetap dibutuhkan, khususnya dalam memberikan saran-saran,” kata Julius.