Akan tetapi, kata Ardli, mereka yang menang rata-rata memang tidak hanya mengandalkan popularitas.
Mereka juga sudah konsisten terjun di dunia politik praktis dalam waktu yang relatif cukup lama sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan publik.
“Mereka tidak hanya mengandalkan popularitas untuk mencalonkan diri, tetapi membuktikan bahwa mereka memiliki pengalaman politik yang cukup, misalnya menjadi kader partai politik dalam waktu yang cukup lama,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Network for Democracy and Electoral Integrity (NETGRIT) Hadar Nafis Gumay menilai banyaknya artis yang jadi calon kepala daerah pada Pilkada 2024 membuktikan bahwa partai politik gagal mencetak kader berkualitas.
“Ini bukti ketidakmampuan partai politik dalam menyiapkan kader lengkap dan tuntas,” kata Hadar.
Menurut Hadar, partai politik seharusnya dapat membaca kebutuhan masyarakat ataupun wilayah tempat pilkada berlangsung.
Setelah membaca kebutuhan tersebut, lanjut Hadar, tugas partai selanjutnya adalah menyiapkan kader yang memiliki pengalaman dan kapabilitas yang dapat menjawab seluruh permasalahan masyarakat.