Masyarakat melakukan penolakan berangkat dari beberapa pengalaman buruk terkait proyek sejenis yang tidak dilaksanakan secara profesional dan berimbas pada kerusakan lingkungan dan dampak buruk bagi pertanian.
Proyek Geothermal Mataloko Desa Daratei di Kabupaten Ngada berdampak buruk pada lahan pertanian warga.
Proyek ini menjadi pengalaman paling buruk yang nyata dirasakan masyarakat.
Sejak proyek geothermal yang dilakukan atas kerja sama Indonesia dan Jepang beroperasi pada 1998, masyarakat di sekitar lokasi proyek mengalami kerugian, baik materil maupun moril.
Kerusakan bangunan milik masyarakat, khususnya atap rumah, bahkan terjadi hingga radius dua kilometer dari lokasi proyek.
Setidaknya, 1.579 unit rumah di 11 Desa mengalami kerusakan.
Proyek strategis nasional lain yang layak dievaluasi adalah rencana pembangunan waduk lambo yang berdampak pada lahan produktif dan pemukiman masyarakat adat Lambo Nagekeo.
Proyek ini terkesan dipaksakan dan berindikasi perampasan tanah adat masyarakat adat lambo.
Masyarakat adat Rendu, Ndora dan Lambo bukannya tidak menginginkan waduk.
Masyarakat menolak lokasi pembangunan di Lowo se sekaligus masyarakat adat memberikan solusi agar lokasi pembangunan waduk dipindahkan dari Lowo Se ke Malawaka atau Lowo Pebhu yang juga masih wilayah adatnya.
Lowo Se terdapat pemukiman warga, berbagai intentitas budaya, padang perburuan, kuburan leluhur, sarana publik, lahan-lahan pontesial masyarakat adat.