Hariyanto mengungkapkan, ada tiga faktor utama yang akan mendorong penguatan pasar modal domestik di awal tahun ini, meski terdapat tekanan akibat kebijakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara jangka pendek.
Dia menyebutkan, sentimen positif pertama yang direspons para investor adalah peningkatan optimisme publik terhadap tren pemulihan ekonomi di tengah kabar baik soal jadwal vaksinasi Covid-19.
“Kedua, Indonesia sebagai penghasil dan pengekspor komoditas juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas global,” ujar Hariyanto.
Lebih lanjut dia menyatakan, harga minyak sawit mentah (CPO) mencapai MYR3.900 per ton yang merupakan level tertinggi sejak 2008.
Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh rendahnya stok CPO, gangguan produksi akibat dampak La Nina, kenaikan permintaan China dan India, serta harga minyak kedelai yang menguntungkan sebagai penggantinya.
Selain itu, lanjut Hariyanto, dolar AS juga diprediksi melemah, seiring dengan tekanan defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan pemerintah AS.