Dan pemilihan ini capres itu berdasarkan musyawarah mufakat di antara para anggota kelompok.
Mereka, yang ditunjuk sebagai calon Presiden, Wakil Presiden dan Juru Bicara dari kelompoknya, akan bertanggung jawab atas pemaparan jawaban dalam debat terkait dengan pertanyaan yang diajukan fasilitator, yakni AM Putut Prabantoro.
SERIUS
Menurut Putut Prabantoro, simulasi ini perlu dilakukan sebagai sarana pendidikan politik dan kepemimpinan dengan cara sederhana bagi remaja pemuda yang berasal dari 6 (enam) stasi di bawah Gereja Paroki St Lukas, Apau Kayan.

Sekalipun berasal dari tempat terpencil serta terisolir, para remaja pemuda ini kelak akan memimpin Indonesia pada saat memasuki tahun emas kemerdekaan pada tahun 2045.
Keseratus remaja pemuda ini secara serius mengikuti arahan. Ada dua pertanyaan utama yang harus dijawab.
Pertama, apa yang akan dilakukan calon presiden tertunjuk dalam programnya terhadap Apau Kayan yang merupakan wilayah terisolir, minim SDM, dan minim fasilitas.
Program ini menyangkut ketertinggalan, mengatasi permasalahan anak-anak yang putus sekolah, yang semuanya bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat.
Pertanyaan kedua, apa yang harus dilakukan capres tertunjuk untuk memersiapkan para remajanya untuk menjadi pemimpin nasional pada tahun 2045.
Dalam arahannya, Putut Prabantoro menegaskan, anak muda perlu menyiapkan diri untuk bisa menjadi pemimpin masa depan.
Mereka harus cerdas, berkarakter, visioner, disiplin dan tanggung jawab.
Dan yang paling penting adalah percaya diri.
Ide dalam mencari solusi inilah yang diharapkan dapat keluar dari kelompok.
Keterlibatan aktif para anggota kelompok merupakan tuntutan.
Mereka yang pasif dapat menjadi batu sandungan bagi kelompok meski memiliki capres dan program yang hebat.
Pada akhir simulasi, kelompok usia 16-18 tahun ke luar sebagai pemenang.
Pemilihan pemenang ditentukan oleh 4 (empat) juri yang berasal dari masing-masing kelompok dan ditambah satu juri independen yang berasal dari luar yakni tokoh masyarakat.
“Jika tiap bulan secara konsisten, permainan seperti ini dilakukan, akan membuka wawasan bersama dari para remaja. Belajar bisa dari banyak sumber, tetapi berlatih mengasah pikiran menjadi hal yang berbeda kalau dilakukan bersama-sama. Kepercayaan diri meningkat, public speakingnya lancar, pola berpikirnya runtut dan runut, dan pemecahan masalah bersama tidak menjadi persoalan lagi. Dan saat itulah teman-teman siap menjadi pemimpin,” tandas Putut Prabantoro.
Menutup acara simulasi, Putut Prabantoro kembali mengingatkan bahwa hidup adalah anugerah.