JAKARTA-Nilai tukar rupiah selama sepekan cenderung tertekan karena sentimen negatif dari domestik seiring rilis data-data ekonomi yang tidak begitu memuaskan pelaku pasar. Bagi pelaku pasar, data ekonomi yang disajikan justru mengisyaratkan berlanjutnya perlambatan ekonomi Indonesia. “Karena itu, sepanjang pekan ini, rupiah mendapat tekanan negatif dengan kisaran antara 10.257-10.333 per dollar Amerika Serikat (AS),” ujar analis valas PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat (2/8).
Menurut dia, perlambatan rupiah picu oleh kenaikan inflasi dan masih defisitnya neraca perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Juli mencapai 3,29 persen, lebih tinggi dari inflasi Juni yang hanya 1,03 persen. “Secara year to date inflasi kalender 6,75 persen dan dibanding periode sama tahun sebelumnya 8,61 persen yang disumbang bahan makanan dan transportasi,” kata dia.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan Indonesia yang masih memburuk dari minus 530 dollar AS menjadi minus 850 juta dollar AS. “Ekspor kita juga memburuk,” kata dia.